Gen Super - novelonlinefull.com
You’re read light novel Gen Super 50 Pengepungan online at NovelOnlineFull.com. Please use the follow button to get notification about the latest chapter next time when you visit NovelOnlineFull.com. Use F11 button to read novel in full-screen(PC only). Drop by anytime you want to read free – fast – latest novel. It’s great if you could leave a comment, share your opinion about the new chapters, new novel with others on the internet. We’ll do our best to bring you the finest, latest novel everyday. Enjoy
Han Sen juga melihat bagaimana penampakan makhluk berdarah sakral itu, seekor cicak raksasa yang ditutupi dengan sisik berwarna ungu, keluar dari lembah yang dalam dengan sepasang sayap yang berbulu.
Makhluk berdarah sakral itu berada lebih dekat dengan tempat Han Sen berada, tetapi masih berjarak 250 kaki. Setelah mendengar perintah Yang Manli, semua orang mulai menembak ke bawah ke arah makhluk berdarah sakral yang berusaha untuk terbang ke atas dari lembah. Panah-panah menghujaninya tetapi bahkan tidak mampu melukai bulu di sayap-sayapnya, apalagi sisik di tubuhnya. Bahkan panah Cahaya Bintang hanya dapat menimbulkan sedikit percikan sebelum jatuh. Ujung panah menjadi bengkok, namun bulu-bulunya tetap utuh.
Han Sen sudah mempersiapkan panahnya yang mengandung 1,2 persen baja Z di busur, tetapi belum menembaknya. Ini adalah satu-satunya panah yang dia miliki dan akan sisia jika dia tidak mendapatkan sudut yang terbaik.
"Bulu dan sisiknya terlalu keras. Panah kita tidak mempan kecuali jika kita dapat menembak matanya." Su Xiaoqiao juga menembakkan beberapa panah, yang seluruhnya hanya sisia.
s.e.m.e.ntara Su Xiaoqiao berbicara, Anak Surga telah memanggil busur jiwa binatang elangnya dan sebuah panah jiwa binatang dalam bentuk gigi serigala. Mengarahkannya pada sayap makhluk berdarah sakral, Anak Surga menembakkan panahnya.
Han Sen memperhatikan bahwa panah jiwa binatang yang digunakan Anak Surga kali ini lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan panah berdarah sakral tawon bersayap enam yang dia gunakan terakhir kali, maka ini mungkin adalah jiwa binatang mutan atau primitif.
Panah jiwa binatang terbang melintasi langit bagaikan petir hitam, menembus bulu-bulu ungu dan bersarang di sayap makhluk itu, membuat makhluk itu meraung-raung.
Yang Manli juga memanggil busur jiwa binatang yang seperti merpati putih, bersama dengan panah jiwa binatang yang seperti ikan todak biru. Panahnya juga membolongi bulu-bulu ungu dan darah mulai mengalir membasahi panah.
Panah Anak Surga dan Manli dapat dipergunakan berkali-kali. Setelah panah mengenai sasaran, mereka dapat memanggilnya kembali ke tangan mereka.
"Jadi ini adalah panah tak terhingga! Panah jiwa binatang sungguh jauh lebih baik daripada panah baja Z dalam hal ini." Han Sen merasa sangat iri, dan berharap dia dapat mengambil panah jiwa binatang dari tangan Anak Surga. Itu pasti adalah jiwa binatang mutan, kalau bukan demikian, tidak akan dapat menembus sayap mahkluk berdarah sakral dengan begitu mudah.
Anak Surga dan Yang Manli keduanya mengetahui bahwa sayap adalah bagian yang terlemah dari makhluk itu dan mereka menembak ke sayapnya lagi. Makhluk itu mendapatkan dua tembakan lagi dan terbang menjauh dari tebing.
Busur jiwa binatang Anak Surga jelas lebih kuat daripada Hari Kiamat. Ketika dia melayangkan tembakan berjarak 600 kaki dari makhluk itu, panah masih dapat menembus sayapnya.
Setiap orang berusaha keras untuk menembaki makhluk itu, tetapi luka yang mereka timbulkan tidak cukup parah. Makhluk itu berhasil melarikan diri dan terbang menjauh.
"Kejar dia! Sayapnya sudah terluka jadi dia tidak akan terbang jauh." Anak Surga memberikan perintah dan mereka yang memiliki tunggangan jiwa binatang semuanya memanggil tunggangannya dan mengejar makhluk itu.
Han Sen dan yang lainnya yang tidak memiliki hewan tunggangan hanya dapat berlari mengikuti mereka dan tertinggal di belakang. Bagaimanapun juga, mereka yang berkaki dua tidak akan pernah dapat mengejar mereka yang berkaki empat.
Dalam sekej.a.p, mereka tidak dapat melihat tunggangan di depan mereka dan tibtiba terdengar suara derapan tapak. Suara itu berasal dari Qin Xuan dan yang lainnya yang sedang menyerang lembah.
"Naik." Qin Xuan memanggil Han Sen ketika tunggangannya melewati dia, mempertimbangkan tunggangannya dapat memuat dua orang dan Han Sen adalah pemanah yang piawai dengan Hari Kiamatnya.
Han Sen merasa sangat senang dan cepat-cepat melompat ke tunggangannya. Dia mengira kesempatannya telah hilang, tetapi Qin Xuan bersedia membawanya sehingga dia masih memiliki kesempatan kedua.
Qin Xuan mengikuti jejak tapak. Duduk di belakangnya, Han Sen harus melingkarkan tangannya ke Qin Xuan agar tidak terjatuh dari tunggangan. Dia terbungkus dengan baju baja jiwa binatang sehingga dia tidak dapat merasakan apapa.
Selain jejak tapak, juga ada jejak darah di tanah, yang seharusnya berasal dari luka makhluk berdarah sakral, bukti bahwa mereka telah berada pada arah yang benar.
Setelah pengejaran selama delapan jam, Qin Zuan akhirnya melihat Anak Surga, Yang Manli dan yang lainnya di depan mereka.
Anak Surga berhenti di depan sebuah gunung dan melihat ke puncak gunung.
Qin Xuan dan Han Sen mendekatinya. Gunung itu tampak seperti pedang yang tertancap ke dalam tanah, berdiri kokoh dengan ketinggian sekurang-kurangnya setengah mil. Dan makhluk berdarah sakral sedang meringkuk di puncak gunung, terus menerus melonglong.
"Gunung ini terlalu tinggi. Bahkan panah jiwa binatang tidak mungkin dapat melukai makhluk itu," kata Yang Manli ketika melihat Qin Xuan.
Anak Surga juga melihat Qin Xuan dan melihat Han Sen duduk di belakangnya dengan tangan yang memeluk pinggangnya. Tibtiba dia berkeinginan untuk membunuh Han Sen.
"Kita harus coba untuk mendaki ke atas sesegera mungkin, atau kita dapat mengusirnya turun. Dengan kemampuan menyembuhkan diri sendiri yang dimiliki oleh makhluk berdarah sakral, lukanya akan segera pulih dalam beberapa jam dan kita tidak dapat lagi membunuhnya pada saat itu," kata Qin Xuan sambil menatap puncak gunung.
"Kalau demikian, kita akan memanjat ke atas dan membunuhnya." Anak Surga mengesampingkan tunggangannya.
"Gunung ini terlalu terjal. Jika kita diserang di setengah perjalanan, kita akan mati," Yang Manli tidak setuju.
"Kita dapat mengirimkan beberapa orang ke atas dan kita dapat memantau dari sini. Jika dia menyerang, kita akan menembak mati dia," Anak Surga berkata dengan tenang.
"Siapa yang akan naik ke atas?" Qin Xuan menatap Anak Surga dan cemberut.
Tentu saja, siapapun yang naik ke atas sana akan berada dalam situasi yang sangat berbahaya dan tidak ada orang yang akan mau mengambil resiko.
"Hanya Manli dan aku yang dapat mengancamnya dengan panah. Dan kita memerlukan kau, Qin Xuan untuk tetap berada di sini dan memberikan ababa. Yang lainnya harus naik ke atas semuanya. Kita sudah terlambat untuk menyerah. Siapapun yang naik ke atas akan mendapatkan porsi daging yang lebih besar, jadi adil bukan?" Tatapan Anak Surga menyapu wajah-wajah pria di hadapannya dan tatapannya menjadi dingin ketika melihat Han Sen.