System Technology And Superpower - novelonlinefull.com
You’re read light novel System Technology And Superpower 38 Bab 38 : Saatnya Membalas online at NovelOnlineFull.com. Please use the follow button to get notification about the latest chapter next time when you visit NovelOnlineFull.com. Use F11 button to read novel in full-screen(PC only). Drop by anytime you want to read free – fast – latest novel. It’s great if you could leave a comment, share your opinion about the new chapters, new novel with others on the internet. We’ll do our best to bring you the finest, latest novel everyday. Enjoy
Ketika mendengar berita itu, Daniel terkejut.
"Diserang?" gumam Daniel.
Seisi mobil yang mendengar gumaman Daniel menjadi bingung.
Raka, yang berada di sebelah Daniel bertanya, "Kak, apanya yang diserang?"
Daniel tersadar, ia kemudian melambaikan tangannya dan menjawab, "Bukan apapa."
Mendapat jawaban dari Daniel, mereka kembali pada urusan masing-masing.
Daniel memainkan ponselnya. Ia mengirimkan pesan pada Red Queen.
"Kapan server kita diserang?" tanya Daniel.
Hanya berselang sedetik, Red Queen menjawab, "Baru saja, Kak."
"Red kecil, lindungi semua data dari basis data, kemudian enkripsi semuanya. Setelah itu, buatlah file palsu seperti file Teteh. Lalu, masukkan kode pelacak dalam file tersebut dan biarkan mereka mengambil file tersebut." ketik Daniel kemudian mengirimkannya.
Daniel sebenarnya sudah tahu bahwa perilisan asisten pintar tak akan berjalan mulus dan ia menduga bahwa akan ada yang menyerang server perusahaan Sky Technology. Tetapi, ia tak menyangka kalau penyerangan akan terjadi sehari setelah perilisan asisten pintar Teteh.
Tujuan pihak lain pastilah kode sumber dari asisten pintar Teteh.
Jika pihak lain mendapatkan kode sumber asisten pintar Teteh, pastinya akan mendapatkan uang yang tak terhitung jumlahnya. Jangan hanya membayangkan tentang penggunaan pada ponsel saja, tapi pikirkan jika kode sumbernya dikembangkan lebih lanjut lagi hingga menjadi kecerdasan buatan yang maju. Itu akan menjadi sebuah terobosan di berbagai bidang.
Dan juga, jika pihak lain mempunyai superkomputer, maka tak terbayangkan bagaimana terobosan yang diperoleh oleh pihak lain tersebut.
Jadi, tak heran kalau pihak lain terG.o.da dengan kode sumber asisten pinter Teteh.
Kenapa Daniel memberikan data palsu?
Karena, jika para peretas pulang dengan tangan kosong, perusahaan Sky Technology akan terus dibombardir sampai mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Jika terus dibombardir, maka perusahaan merugi jika pekerjaan terganggu.
Red Queen mengangguk, "Baik, Kak."
Daniel tersenyum dingin, ia kemudian mengetik, "Buatlah mereka sibuk dulu selama beberapa jam. Setelah itu, aku sendiri yang akan mengajari mereka jika berani macam-macam denganku."
Untuk sesaat suasana di dalam mobil menjadi dingin.
Kecuali Nayla, semua orang dalam mobil menjadi pucat.
"Ada apa suasana tadi itu? Serem!" kata Kinar dengan suara bergetar.
"apa yang sedang terjadi?" Bella bertanya dengan sedikit ketakutan.
Sedangkan untuk Silvia, Rika dan Raka, mereka hanya terdiam. Tak mampu mengeluarkan suara untuk s.e.m.e.ntara.
"Tidak apapa. Mungkin AC yang kuatur terlalu dingin. Maaf ya."
Agar tidak membuat mereka khawatir, Nayla membuat alasan yang sedikit masuk akal.
Nayla lalu tersenyum pada Daniel yang terlihat oleh Daniel di kaca spion.
Melihat senyum Nayla, Daniel tersenyum meminta maaf.
Beberapa menit kemudian, ponsel Daniel berdering.
Daniel melihat ponselnya dan menemukan nama Lia Siyu yang memanggilnya. Ia menerima panggilan tersebut.
"Halo, Lia Jie."
"Halo, Daniel. Gawat, gawat, server perusahaan diserang. Tim teknisi tak bisa menahan serangan itu." Lia Siyu menjawab dengab nada sedikit panik.
"Lia Jie, tenangkan dirimu. Biarkan mereka terus bekerja seperti biasanya. Aku akan membantu nanti setelah pulang ke rumah."
"Tapi Daniel..."
"Lia Jie, percayakan itu padaku."
"Baiklah kalau kamu berkata seperti itu."
"Lia Jie, nanti aku akan menelponmu lagi. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa."
Daniel memutuskan panggilan.
Setelah memutuskan panggilan, Daniel ditatap dengan mata penuh pertanyaan.
Melihat ini, Daniel hanya bisa tersenyum.
"Daniel, siapa yang menelponmu?" tanya Silvia.
"Lia Siyu, dia menelponku karena sesuatu. Hanya masalah kecil," jawab Daniel santai.
"Lia Siyu? Tante-tante yang merawat Daniel seperti yang digosipkan itu?" Bella bertanya dengan sedikit penasaran.
Mendengar pertanyaan Bella, Rika sedikit merasakan amarah. Dia bertanya, "Eh? Kakak digosipin dirawat oleh tante-tante? Siapa yang gosipin!?"
Berbanding terbalik dengan Rika, Raka malah tertawa, "Kakak dirawat tante-tante? Gosip apaan tuh."
"Nggak tau. Aku dengernya gitu. Bukan aku yang gosipin Daniel." Bella berkata dengan sedih.
"Aku juga dengar gosip itu." Silvia juga menyuarakan pendapatnya.
"Di kalangan osis pun Daniel digosipkan. Aku sudah lelah mendengar gosip Daniel di sekolah. Mereka nggak capek apa bergosip terus tiap hari?" Kinar menghela napas.
Nayla hanya tersenyum mendengar gosip yang mereka omongkan.
Daniel tak terlalu memperdulikan gosip ini, ia mengangkat bahunya dan menjawab, "Bella nggak salah kok. Aku tau siapa yang membuat gosip seperti ini, tapi aku malas mengurusnya. Aku tak punya waktu untuk mengurusnya. Semua gosip itu salah besar."
Mendengar kakaknya tahu siapa yang membuat gosip ini, Rika buru-buru bertanya, "Siapa yang berani bikin gosip tentang Kakak?"
Daniel melambaikan tangannya, ia berkata, "Bukan siapsiapa kok. Abaikan aja gosip itu. Nanti juga akan terbongkar kebenaran yang sesungguhnya. Lebih baik sabar, ada saatnya kebohongan itu terbongkar dan akan membuat dia malu sendri."
Setelah itu, berbagai gosip tentang Daniel pun dibahas.
Hal itu membuat Daniel sedikit tertekan.
....
Sesampainya mereka di villa Daniel, ketiga teman wanita Daniel terkejut dengan penampilan 'rumah' yang Daniel maksud.
"Wow! Daniel, kamu baru pindahan ya?" tanya Silvia dengan takjub.
"Hn. Aku baru pindah kemarin. Yuk masuk segera." Daniel menjawab dengan santai.
Bella merasa takjub dengan rumah Daniel. "Rumahnya indah banget."
"Benar, ada tamannya juga. Ah, aku ingin tinggal disini rasanya." Sedangkan Kinar, ia berandai-andai.
Kinar kemudian menatap Daniel dengan semangat. Ia kemudian bertanya, "Bolehkah kami menginap?"
Daniel terkejut, ia sekali lagi bertanya untuk memastikan, "Eh? Kalian ingin menginap?"
"Jika dibolehkan menginap, aku ingin menginap disini." Kinar melihat-lihat sekitar vila.
"Aku sih nggak masalah, coba kamu tanyakan ke Rika sama Nayla dulu. Kalian kan cewek, jadi kalian bertanya pada sesama cewek saja." Daniel melemparkannya pada Rika dan Nayla.
"Benarkah? Lalu, aku akan bertanya pada mereka." Kinar kemudian berlari mengejar Rika dan Nayla yang sudah di depan pintu.
Daniel hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
....
Ketika masuk ke vila, ketiganya terkejut lagi.
Interiornya sangat indah yang membuat mereka sangat terkejut.
Melihat mereka terkejut, Nayla hanya tersenyum. Ia bertanya, "Kalian ingin makan apa? Aku akan memasakkannya."
Silvia sedikit ragu-ragu, ia kemudian bertanya, "Hm... bisakah kami memasak sendiri? Kami ingin membuat kue."
Mendengar permintaan Silvia, Rika langsung setuju. "Kak Silvia mau buat kue? Yuk buat kue!"
Raka ingin menghentikan Rika, tapi karena sangat antusias sekali, Raka tak tahan menghancurkan antusias tersebut. Ia hanya diam saja.
"Aku boleh ikut?" tanya Bella dengan sedikit malu-malu.
"Boleh, Kak Bella," jawab Rika dengan gembira.
Mendengar mereka ingin memasak kue, Kinar berkata, "Kalau begitu, mari kita beli bahan membuat kuenya."
"Karena mereka ingin memasak kue, kamu temenin mereka beli bahan-bahannya di supermarket ya, Nay." Daniel kemudian memberi Nayla kartu kreditnya.
Karena Daniel sudah setuju, Nayla juga setuju. Dia menjawab, "Baik, Niel."
"Mari kita pergi beli bahannya di supermarket. Niel nggak akan ikut. Kita bawa Raka aja buat bawbawa belanjaan kita."
"Yuk!" jawab keempat gadis dengan semangat.
"Kenapa harus aku yang kena? Kakak, bantuin aku!"
Daniel tertawa, ia kemudian berkata, "Pergi sana sama mereka, nanti kamu dimarahi Rika loh kalo nggak ikutin mereka."
"Huh!" Raka mendengkus dingin.
Melihat ini, Daniel hanya tertawa saja.
....
Setelah melihat mereka pergi, Daniel berbalik ke kamarnya.
Wajahnya menunjukan senyum dingin, ia bergumam, "Saatnya membalas."